BERITA - regional.infogue.com - KEBUMEN, SENIN - Pabrik pengolahan bio-ethanol berbasis usaha kecil menengah (UKM) mulai dioperasikan di Desa Munggu, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Senin (26/5). Pabrik yang dijalankan oleh PT Bio Prima Energi Mandiri itu dapat menghasilkan 3.000 liter bio-ethanol setiap harinya dengan menggunakan bahan baku tebu, jagung, dan singkong.
Direktur Utama PT BPEM Dani Hidayat mengatakan, untuk saat ini hingga Juni mendatang pihaknya masih menggunakan bahan baku tebu yang dipasok dari Perkebunan Pabrik Gula Madukismo di Yogyakarta. "Baru bulan Juni besok, kami akan menggunakan jagung sebagai bahan baku bio-ethanol. Saat ini kami masih menggunakan tebu yang sudah jelas pasokannya dari Madukismo," katanya.
Bahan baku pembuatan bio ethanol itu, lanjutnya, bisa berganti-ganti sesuai persediaan yang ada di pertanian. Namun untuk Kebumen, diupayakan akan menggunakan jagung secara optimal. "Kalau tebu sudah tak panen, bisa diganti dengan jagung. Begitu juga kalau jagung dan tebu sedang tak panen, bisa digantikan dengan singkong," katanya.
Dalam sambutannya, Bupati Kebumen, Rustriningsih, mengatakan, Kebumen memang memiliki potensi yang cukup besar untuk pertanian jagung. Setiap tahun, jumlah panen jagung di seluruh Kebumen mencapai 27.000 ton, sedangkan untuk Kecamatan Petanahan sendiri berkisar 3.262 ton.
Selain jagung, wilayah Kebumen bagian utara juga memiliki potensi pertanian singkong yang cukup luas. "Karenanya, kami mengharapkan agar pabrik ini tak hanya menggunakan bahan baku jagung, tetapi juga singkong. Dengan demikian, perekonomian masyarakat petani di Kebumen bisa meningkat," katanya.
Dikatakan Dani, setiap hari pabrik yang dikelolanya membutuhkan 5 ton jagung per hari atau 1.500 ton jagung setiap tahunnya. "Karena itu meskipun hanya berbasis UKM, pabrik kami dapat menyerap tenaga kerja hingga 1.200 orang dari kalangan petani. Sebaliknya tenaga kerja yang mengoperasionalkan pabrik hanya 23 orang, dan seluruhnya dari Kebumen," katanya.
Namun sejauh ini, menurut Direktur Marketing PT BPEM Sugeng Haryanto, produksi bio-ethanol masih dipasok untuk kebutuhan PT Pertamina karena kadarnya baru mencapai 85 sampai 90 persen. Setiap liternya dijual seharga Rp 5.500. "Setelah diolah di Pertamina, bio-ethanol itu akan menjadi bensin sekelas premium hingga pertamax," katanya.
Selain PT Pertamina, lanjutnya, PT BPEM juga mengolah bio-ethanol menjadi bensin siap pakai di dua unit pabrik serupa di Jakarta. "Dua unit pabrik di Jakarta sudah bisa mengolah bio-ethano menjadi bensin, namun kapasitas produksinya masih kecil sekitar 2.000 liter per hari," ujarnya.
Untuk bio-ethanol setara minyak tanah pun, menurut Sugeng, sebetulnya pihaknya sudah dapat memproduksinya. "Penggunaannya jauh lebih irit dibandingkan minyak tanah, dan bahkan kompornya pun sudah disediakan. Produknya berupa bio-ethanol gel. Penggunaan untuk setiap 200 cc bio-ethanol, setara dengan satu liter minyak tanah. Hanya hingga saat ini, kami masih menunggu ketetapan harga dari pemerintah," tuturnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar