........Selamat Hari Jadi Kab. Nunukan ke 13 tgl 12 Oktober 2012.......

Rabu, 12 Maret 2014

PROSPEK PENGOLAHAN IKAN TERI AMBALAT (ITA) UNTUK PASAR DOMESTIK




PROSPEK PENGOLAHAN IKAN TERI AMBALAT (ITA) UNTUK PASAR DOMESTIK

Oleh : Dian Kusumanto


Produksi Ikan Teri Ambalat

ITA adalah hasil tangkapan nelayan dari alat tangkap berupa Bagan.  Bagan adalah rumah atau tempat penangkapan ikan statis yang berada atau dipasang ditengah perairan laut dangkal dengan potensi lalu lintas ikan yang dinamis.   Di bagan para nelayan juga menelola hasil tangkapannya dengan memasaknya dan kemudian menjemurnya agar awet untuk disimpan.  Untuk mencapai bagan nelayan menggunakan perahu atau kapal, baik secara sendiri atau berombongan.   

Di wilayah perairan Ambalat terdapat sekitar 250-an bagan.  Jarak antara bagan yang satu dengan yang lain saling berjauhan minimal  sekitar 200-an meter.  Bagan-bagan ini pada umumnya dimiliki oleh para nelayan atau para pemodal yang berkerja sama dengan para nelayan dalam pengoperasiannya.   Bagan sebenarnya sudah lama ada, namun mulai berkembang dengan pesat terjadi semenjak harga BBM naik, sehingga banyak nelayan yang tidak dapat menjalankan perahu tangkap. 

Dengan mendirikan bagan, ongkos operasional dan kebutuhan minyak atau bahan bakar perahu atau kapal turun drastis.  Mereka cukup berperahu menuju bagan dan tinggal beberapa hari sambil menunggu ikan tangkapan masuk ke jaring pengangkut yang dipasang di bawah bagan.   Kebutuhan minyak tambahan mungkin hanya pada saat harus menyalakan lampu untuk menarik perhatian ikan memasuki jaring bagan.  Lampu penarik itu dinyalakan sekitar 3 jam pada malam hari pada setiap hari melakukan penangkapan.


Karakteristik Ikan Teri  Ambalat

Produksi ITA berfluktuasi tergantung dari kondisi alam.  Kondisi alam yang paling menentukan antara lain adalah keadaan Bulan dan arus air laut.   Pada saat bulan-bulan terang antara tanggal 13 – 15 – 18, kurang lebih sekitar seminggu, hasil ITA cenderung turun bahkan nihil.  Semakin gelap keadaan bulan, maka semakin banyak hasil tangkapan ITA tersebut.    

Posisi wilayah perairan Ambalat memang sangat strategis karena merupakan arus mineral laut yang berpotensi ikan air dangkal yang cukup tinggi.   Di bawah permukaannya terdapat gugusan karang yang dikenal sebagai gugusan Karang Unarang.  Disinyalir terdapat potensi kandungan minyak bumi yang besar yang sedang diminati juga oleh Malaysia.

Kawasan Ambalat  terletak  wilayah timur terdapat Selat Makasar, utara Laut China Selatan, bagian selatan dengan Laut Jawa, sedangkan barat dengan Pulau Kalimantan.   Selain itu pengaruh iklim karena berada di dekat lintang garis khatulistiwa.  Di Tanjung Mangkaliat letak tengah-tengah .  Musim Utara  ikan ke Selatan dan berhenti di daerah Daerah Khatulistiwa, karena kaya akan mineral dan sumberdaya hayati yang diperlukan untuk kehidupan ikan.

Musim angin ada 4 (utara, selatan, timur, barat).  Tiap musim  membawa detritus (sumber makanan), ikan terikut  mengikuti arus makanan tadi.   Jadi ada 3 musim yang bagus kecuali barat, karena barat terhalang leh Pulau Kalimantan atau tidak aa detritus yang terbawa arus dari barat karena berupa daratan Pulau Kalimantan.  

Gugusan karang hanya terdapat pada daerah tropis yang terekspose sinar matahari kuat, oleh karena itu menyimpan potensi yang besar akan meniral dan detritus sebagai sumber makanan aneka macam ikan, termasuk ikan teri.   ITA termasuk jenis ikan Pelagis yang berada pada kawasan Euritic (yang masih terdapat cahaya matahari).

Kisaran kedalaman air laut di kawaan Ambalat berkisar pada 0 – 30 meter dpl.

Tingkat kesuburan perairan akan berpengaruh pada tingkat produktifitas ikan, yang ditandai oleh kandungan nutrien tinggi.

Oleh para nelayan kawasan ini menjanjikan harapan besar karena potensi ikan terinya.  Setiap bagan dapat memperoleh rata-rata sekitar 100 kg ikan teri setiap harinya.  Ikan teri Ambalat memiliki ciri yang sangat diminati oleh pasar di Tawao, Kota Kinabalu, bahkan sampai di Kuala Lumpur dan Singapura.  Bahkan beberapa informasi mengatakan pasar ikan teri dari Ambalat ini sampai juga ke pasar di Taiwan, Korea dan Jepang, setelah diolah oleh para pengusaha di Tawao.

Musim tangkap hampir sepanjang tahun, kecuali pada musim barat selama  2 bulan  yang berkisar mulai akhir oktober sampai awal januari.



Pola Agribisnis Ikan Teri Ambalat

Selama ini pemasaran ITA ini masih terbatas ke Tawao.  Sedangkan di Sebatik dikoordinir oleh para pedagang pengumpul yang bertindak juga sebagai juragan tempat pengambilan sarana prasarana untuk operasional bagan para nelayan.  Para nelayan yang memiliki bagan dapat meminjam atau menghutang keperluan-kelperluan untuk pergi ke bagan, seperti  minyak, sembako, alat tangkap jaring, dll.,  bahkan uang untuk keperluan keluarga nelayan yang ditinggalkan melaut ke bagan. 

Ada sekurangnya 6 pedagang pengumpul ITA ini di seluruh Sebatik, mereka tersebar mulai dari  Sei Taiwan di Desa Tanjung Karang,  Sei Bajo di Desa Tanjung Aru,  Sei Nyamuk dan Sei Pancang.  

H Asdar & H. Mochtar di S. Taiwan;  Hj. Emi di Tajun Aru;  S. Nyamuk ada 2 (anggota Pak Masjidil);  H. Kono di Sei Pancang.  Yang terbesar ada 2 yaitu Hj Emi dan H. Asdar.   Di luar edagang pengepul besar ada juga pengepul kecil yang dikirim sendiri ke Tawao.  Di Tawao ada beberapa pedagang besar penampung.

Dari Tawao kemudian dipasarkan ke KK, Taiwan, Brunei, Semenanjung dan Singapore.

Di tingkat nelayan hasil tangkapan dimasak menggunakan kuali besar dari drum bekas bahan bakar kayu di bagan, kemudian dijemur di bagan, setelah agak kering dibawa disetor ke pedagang pengumpul.   Oleh pedagag pengumpul ditimbang dan diolah lebih lanjut dengan dibuang kepala dan tulang dan dibersihkan dan tidak dikeringkan lagi.

Para nelayan mendapatkan pembayaran berdasarkan berat ITA setelah proses.  Harga pembelian kepada nelayan ditentukan juga dari harga pedaang besar yang ada di Tawao.  Saat ini harga di Tawao sekitar RM 13.5 per kg ditingat nelayan sebesar RM  9 sampai 10.5.

Hasil dari kegiatan pengolahan adalah terpisahnya ITA siap jual, kepala dan tepung kotoran dari ikan teri yang menjadi hak dari para pedagang pengumpul.  Ini sebagai kompensasi dari biaya pembersihan dan cabut kepala dan tulang dengan upah sebesar RM 1 per kg ITA hasil  (bukan ITA bahan).   Limbah berupa kepala dan tepung rontokan dari ikan teri dijual ke Tawao  atau di Sebatik dengan harga RM 0.4 per kg.

Pedagang pengumpul biasanya baru menerima pembayaran 1 bulan kemudian dengan pembayaran setengah bulan.  Artinya masih ada pembayaran tertahan untuk setengah bulan pada Pedagang Besar yanga ada di Tawao.   Pedagang besar di Tawao serng disebut sebagai Taoke.   Setiap pedagang pengumpul biasanya hanya berlangganan pada satu Taoke saja.  Sebab Taoke hanya bisa menerima ITA dari pelanggannya saja yang bersifat tetap.  Penjualan dari bukan pelanggan biasanya agak sulit dan cenderung mendapatkan harga yang di bawah standard.

Upaya peningkatan nilai ekonomi Ikan Teri Ambalat

Dari sisi ITA sebenarnya memiliki peluang ditingkatkan nilai ekonominya cukup banyak, antara lain :
v  Mengolahnya menjadi produk olahan jadi atau siap makan seperti teri goreng, teri goreng tepung, kerupuk teri, sambal goreng teri, rempeyek teri, terasi teri, dll.
v  Meningkatkan mutu pengeringan sehingga dapat memperpanjang daya simpan,  misalnya menggunakan pengeringan oven.
v  Mempercantik penampilan dengan warna yang lebih putih, lebih kering dengan kemasan yang menarik.
v  Tata niaga yang langsung ke konsumen dari dalam negeri atau luar negeri. 
v  Perbaikan sistem pengolahan, pengeringan, pengangkutan dan penyimpanan.
v   

Diversifikasi produk olahan ikan teri ambalat

a.  Camilan anak sekolah

Di daerah Sabah dan Semenanjung Malaysia  ITA banyak diolah menjadi makanan ringan untuk anak-anak sekolah.  Ikan teri dikenal sangat baik gizinya untuk pertumbuhan tulang dan jaringan otak, khususnya pada saat masa pertumbuhan pada usia anak-anak sekolah.  Makanan ringan ini sangat populer dan menjadi makanan anjuran karena nilai gizinya yang sangat bagus untuk masa pertumbuhan.   Kandungan protein, DHA, phospor dan Calsium dan mineral lain yang cukup tinggi sangat baik bagi perkembangan otak anak-anak serta pembentukan tulang.  

Anak-anak yang semenjak kecil dibiasakan mengkonsumsi ikan teri dalam jumlah cukup akan tumbuh cepat tinggi dan besar dengan kapasitas otak yang sangat bagus.  Anak-anak akan tumbuh dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata.

b.  Lauk yang siap saji

Jenis lauk siap saji yang cukup populer dan terbuat dari teri antara lain seperti :  teri goreng, teri goreng tepung, kerupuk teri, sambal goreng teri, rempeyek teri, terasi teri, dll.   Aneka olahan ini bisa dibuat dengan berbagai pilihan rasa, seperti asin, manis da pedas.  Atau dengan pilihan tambahan kombinasi dengan bahan makanan lain seperti teri dan kacang, teri dan tepung, teri dan  kedelai, teri dan tempe, teri dan tahu, dll.

Penjualan lauk berbahan teri dengan aneka olahan ini antara lain melalui warung-warung nasi, warung-warung camilan, toko-toko, super market, outlet-outlet yang ada di bandara, pelabuhan, dst.    Kemasan bisa disediakan dengan berbagai pilihan disesuaikan dengan pangsa pasar yang dituju, yaitu kemasan perorangan (yang kecil) dan kemasan keluarga (untuk oleh-oleh dan rumah tangga) serta kemasan besar untuk dijual kembali oleh pedagang pengecer.

Bagaimana menurut Anda?

Rabu, 13 November 2013

DAHLAN ISKAN: “Mensejahterakan Petani, Beli Beras dengan Harga Tinggi”


 

 

 

 

 

 

 

 

DAHLAN ISKAN: “Mensejahterakan Petani, Beli Beras dengan Harga Tinggi”

Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengatakan salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan petani adalah membeli produk pertanian seperti padi dengan harga tinggi.

“Jadi, bukan dengan memberikan subsidi kepada mereka. Beli padi petani dengan harga tinggi, jangan hanya memberi subsidi,” katanya pada “Farmers Go to Campus” bertema “Menggagas Strategi Kebijakan Pangan Menuju Kesejahteraan Petani”, di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia gagasan yang dilontarkannya itu belum sepenuhnya diterima banyak pihak. Saat ini masih ada pro dan kontra sehingga dirinya akan terus berusaha untuk meyakinkan pihak-pihak yang belum mau menerima gagasan tersebut.

“Jika gagasan itu diterima dan menjadi kebijakan pemerintah maka tidak akan ada demonstrasi menolaknya. Saya berharap gagasan itu didukung oleh petani, bukan elit-elit petani atau elit akademisi,” katanya.

Ia mengatakan Kementerian BUMN yang dipimpinnya akan bekerja sama dengan Kementerian Pertanian agar pertanian dan pangan di Indonesia menjadi lebih kuat.

“Salah satu contoh adalah produksi pupuk organik. Ke depan pabrik milik BUMN tidak perlu lagi memproduksi pupuk organik, karena akan diproduksi petani dan kelompoknya kemudian baru disalurkan melalui BUMN,” katanya.

Jadi, menurut dia, BUMN hanya pengepul dari petani tanpa mengambil keuntungan sebelum akhirnya pupuk disalurkan ke masyarakat. Dalam hal ini yang penting adalah standarisasi jenis pupuk maupun kualitasnya.

Kepala Bulog Divre DIY Darsono Imam Yuwono mengatakan siap bekerja sama dengan petani. Saat ini Bulog telah menggandeng berbagai mitra petani sehingga mereka tidak lagi kesulitan ketika ingin menyalurkan hasil pertanian khususnya beras ke gudang Bulog.

“Untuk itu ada satuan tugas (satgas) yang menangani sehingga siapapun bisa menyalurkannya ke gudang Bulog,” katanya. (ant/mnk)

Sumber : http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/09/dahlan-iskan-mensejahterakan-petani-beli-beras-dengan-harga-tinggi/

Rabu, 10 Oktober 2012

AGAR JAGUNG BERTONGKOL BANYAK


MEREKAYASA TEKNIK BUDIDAYA AGAR JAGUNG BERTONGKOL BANYAK
Memaksimalkan Akar Nafas (brace roots)
Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto
Inspirasi tentang bagaimana merekayasa agar Jagung bisa berproduksi maksimal sebenarnya sudah muncul pada saat mendampingi istri membimbing siswa Jurusan Pertanian melakukan Uji Kompetensi di lapangan.   Istri yang juga seorang Guru di SMK Negeri Nunukan waktu itu menunjukkan kepada penulis kalau Jagung yang ditanam seorang siswanya ada yang menghasilkan tongkol lebih dari satu.  Ada yang mengeluarkan 2 (dua) tongkol ada juga yang mengeluarkan tiga sampai empat tongkol,  dan tongkol itu besar semua serta layak untuk dipanen.  Memang tidak semua hamparan menunjukkan gejala demikian, meskipun yang ditanam itu bukan Jagung yang diklaim bertongkol dua.
Lama penulis mengamati fenomena lapangan yang sebenarnya hal itu sering terjadi.  Namun waktu itu sambil menunggu istri membimbing para siswanya, penulis melihat lebih lama lagi pada tanaman Jagung yang bertongkol banyak itu.   Postur batang dan daunnya adalah yang paling tinggi dibandingkan dengan tanaman Jagung di sekitarnya.   Daunnya terlihat lebih lebar dan lebih panjang, batangnya terlihat lebih besar dan lebih kokoh dari yang lainnya.   Pengamatan penulis akhirnya turun ke bawah melihat lebih seksama lagi keadaan batang bagian bawah pohon Jagung.   
Di bagian atas tanah terlihat ada tonjolan-tonjolan akar yang keluar dari buku-buku atau ruas-ruas batang Jagung.  Tidak seperti akar yang ada di dalam tanah yang berupa serabut-serabut halus,  akar yang keluar dari ruas-ruas batang ini ukurannya lebih besar dan terlihat kokoh.  Maka tadi disebut seperti tonjolan-tonjolan.  Akar ini banyak disebut sebagai akar nafas (brace root) atau akar tambahan (adventitive root)  atau akar ruas.

Gambar :    Akar tanaman Jagung waktu masih kecambah (kiri),  dan pada waktu dewasa (tengah dan kanan).
Lho !  Apa hubungannya dengan produksi tinggi?  Apa hubungannya dengan jumlah tongkolnya?
Ini memang belum merupakan hasil penelitian yang mendalam.  Ini adalah hasil pengamatan biasa saja sambil lalu, namun sepertinya agak meyakinkan.  Karena fenomena ini juga dijumpai oleh teman-teman penulis di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan.   Karena fenomena ini juga sering penulis sampaikan kepada teman-teman Penyuluh Lapangan yang berpengalaman.  Mereka semua menguatkan dugaan fenomena ini, yaitu ada hubungannya antara jumlah tongkol dan fungsi akar nafas ini.
Ternyata ini bukan akar nafas biasa yang bukan sia-sia diciptakan. Dia bukan hanya sebagai penghias agar tanaman Jagung kelihatan kokoh.  Ternyata akar ruas ini bisa juga tumbuh memanjang jika sudah menyentuh tanah.  Jika akar ruas ini ditutup tanah, maka akar ruas ini akan tumbuh memanjang dan berfungsi sebagai ‘akar serabut’  yang juga menyerap berbagai unsur hara yang terlarut di dalam air tanah.   Dengan berfungsinya akar-akar bantuan ini maka translokasi nutrisi dan unsur hara tanah menjadi lebih banyak.
Yang agak unik dan mungkin masih harus dikaji lagi adalah, seperti ada hubungan antara jumlah akar ruas yang tumbuh di dalam tanah dengan jumlah tongkol jagung yang dihasilkan.   Maksudnya jika akar ruas yang berkembang hanya 1 ruas saja, maka tongkol yang bisa dipanen adalah juga hanya satu.  Jika akar ruas yang tumbuh dan berkembang dalam tanah itu ada dua ruas, maka jumlah tongkolnya bisa 2 atau lebih.  Demikian juga jika akar ruas yang tertimbun tanah itu sebanyak 3 ruas atau lebih, maka tongkol yang bisa dipanen bisa lebih dari 3 tongkol.
Tentu saja Anda tidak saya paksa untuk percaya sebelum mencoba dulu.    Namun paling tidak inilah salah satu cara untuk memaksimalkan fungsi akar tambahan ini, sehingga bisa memaksimalkan jumlah tongkol, dan selanjutnya memaksimalkan hasil panen Jagung kita.   Jadi sekarang yang perlu dipikirkan adalah bagaimana caranya supaya akar-akar ruas itu bisa tertimbun semakin banyak, sehingga perakaran yang bisa dikembangkan semakin luas dan banyak.  Caranya ya pasti dengan pembubunan tanah di tempat tanaman Jagung itu berdiri kokoh.



  Mungkin kita bisa meniru system penanaman bibit Tebu.  Mula-mula lahan dibuat seperti berparit-parit dangkal saja, tidak sampai berair.  Jarak antar ‘parit’ ini dibuat selebar jarak  antar baris Jagung yang akan kita tanam.  Soalnya Jagung nanti kita tanam di dalam ‘parit’   itu.   Setelah bibit tumbuh dan berkembang dari dalam parit itu, sesuai perkembangannya maka parit itu kita ‘tambah’ tanahnya, sehingga parit yang berisi tanaman jagung yang sudah tumbuh agak tinggi itu agak dangkal.   Berarti kita melakukan pembubunan tanaman Jagung yang pertama.  Nah disinilah penambahan tanah yang bersentuhan dengan akar ruas tadi akan menyebabkan  akar ruas semakin tumbuh dan berkembang secara fungsional.
Jagung tentu saja akan semakin besar.    Nah… setelah itu dilakukan ‘penimbunan’ akar dan batang Jagung yang ada di atas tanah pembubunan pertama.   Pembubunan kedua ini juga bertujuan menutupi akar ruas dengan tanah yang subur.   Dengan adanya tanah di sekitar perakaran ruas tadi, maka akar juga akan berkembang dan memiliki fungsi sebagaimana akar-akar yang lainnya.  Pada pembubunan kedua inilah yang nanti bisa menutup sebanyak-banyaknya akar ruas yang masih mungkin untuk dilakukan.    Karena kalau semakin tinggi tanah untuk pembubunan tanah, maka semakin banyak juga  tenaga yang diperlukan.
Waduh maaf gambarnya kurang bagus…….
Tapi yang jelas, dengan menimbun akar ruas batang maka akar tersebut akan tubuh memanjang dan melakukan fungsinya membantu tanaman menyerap  nutrisi dan air.   Dengan demikian akan menambah kekuatan bagi tanaman untuk membentuk seluruh potensi tongkol-tongkol buah yang memang sudah ada di beberapa ketiak daun.  Biasanya pemunculan tongkol buah dimulai dari ruas ke 7,  kemudian baru ruas ke 6 dan ke 5.   Bisa jadi di tempat Anda berbeda, mungkin karena   Jenis Jagungnya berbeda.   Silakan dicoba dan diamati.
Inilah penampilan Jagung yang nutrisinya sangat cukup karena dipupuk dengan pupuk organic yang tepat, sehingga tanaman Jagung mengeluarkan semaksimal mungkin potensinya.
Tentu saja masih ada banyak cara lain untuk memaksimalkan produksi Jagung dengan memperbanyak tongkol buah produktif, selain upaya pembubunan akar ruas tersebut di atas.   Inilah hasil pengamatan dan ujicoba kami, semoga ini bermanfaat bagi seluruh petani Indonesia.  Semoga sumbangsih pemikiran ini bisa membantu peningkatan penyediaan pangan berbasis Jagung  di Indonesia dan dunia,  Amiin.
Bagaimana pendapat Anda? 
 

Rabu, 08 Juni 2011

SISTEM KEMITRAAN PETANI SINGKONG DAN KOPERASI UNTUK MENSEJAHTERAKAN PETANI

SISTEM KEMITRAAN PETANI SINGKONG DAN KOPERASI

UNTUK MENSEJAHTERAKAN PETANI

Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto

Dengan Agribisnis singkong yang terpadu akan dapat menciptakan kepastian hasil usaha dan pendapatan, bisa menyediakan alternative pakan bagi usaha peternakan Sapi, menyediakan sumber pupuk organic yang gratis dan keuntungan-keuntungan lainnya. Agribisnis SIngkong yang dilakukan secara terpadu dengan industry pengolahan tepung mocaf, peternakan Sapi dan industry kecil menengah Pupuk Organik, akan secara sinergis membuat petani lebih maju, mandiri dan sejahtera. Dan usaha yang terpadu yang melibatkan beberapa pihak akan berjalan lebih sinergis, saling menguntungkan dan dapat memaksimalkan seluruh sumber daya yang ada,

Pada tahun 2008 yang lalu saya pernah menulis tentang keberadaan suatu Kelompok Tani yang berada di Pulau Nunukan, namanya Kelompok Tani Hijau Lestari. Waktu itu saya sangat akrab dengan kelompok ini karena saya sering mengunjungi mereka, dan beberapa pengurusnya juga sering bertemu di kantor maupun di rumah. Dari seringnya bertemu itulah suatu saat muncul cetusan ide tentang bagaimana memulai program untuk mensejahterakan petani di Nunukan ini akan diwujudkan.

Betapa tidak, di kelompok tani ini ada 25 orang anggotanya, lahan kering yang dimiliki oleh seluruh anggotanya sekitar 50 hektar dan lahan basahnya yang berupa sawah tadah hujan dan sebagian beririgasi setengah teknis ada sekitar 20 hektar. Namun demikian keadaan kesejahteraan mereka sangat sederhana. Mereka mengaku bahwa rata-rata pendapatan per bulannya hanya sekitar Rp 500.000 sampai Rp 700.000. Itu pun tidak mereka terima setiap bulannya. Memang demikianlah adanya, karena belum semua lahannya bisa tergarap. Lahan yang tergarap dengan tanaman semusim pun belum tentu berhasil. Inilah yang kemudian menjadikan mereka seperti tidak berdaya mengelola sumberdaya yang ada.

Bukannya mereka malas? Bukan, mereka tidak malas, karena saya tahu hampir tiada hari tanpa turun ke lahan mereka. Malah mereka merasa kekurangan waktu, karena selain harus ke ladangnya (lahan kering) mereka juga harus ke lahan sawahnya. Sebagian mereka juga mengurusi ternak berupa Sapi, kambing ataupun Unggas. Mereka termasuk sangat rajin, namun ternyata kerja keras mereka belum bisa merubah nasibnya, paling tidak sampai saat ini saat tulisan ini And abaca. Sekarang ini kita di pertengahan tahun 2011, awal bulan Juni. Berarti sudah sekitar 3 (tiga) tahun, dan keadaan kelompok tani tersebut belum ada perubahan yang signifikan.

Itu akan lain seandainya scenario pemikiran saya waktu itu bisa dilakukan. Lalu bagaimana rencana waktu itu?

Kelompok Tani Hijau Lestari ini diskenariokan bekerja sama dengan suatu Koperasi yang bergerak di bidang usaha Agribisnis Singkong secara terpadu. Usaha koperasi ini meliputi :

1. Pembelian Singkong segar dari petani

2. Pengolahan Ubikayu menjadi Tepung Mocaf

3. Peternakan Sapi dengan pakan utama dari limbah Singkong

4. Produksi Pupuk Organik dan Pestisida Nabati dari limbah ternak Sapi

5. Mengelola Biogas dari limbah ternak Sapi

6. Usaha simpan pinjam

7. Kios Saprodi dan Sembako

8. Dll.

Skema kemitraan dengan kelompok tani adalah sebagai berikut :

1. Semua petani yang menjadi anggota Kelompok Tani otomatis menjadi anggota koperasi.

2. Usaha koperasi ini berbasis pada lahan usaha kelompok tani yang berupa lahan kering, yaitu seluas 50 hektar dengan pola kerja sama bagi hasil atau sewa atau kontrak pembelian.

3. Para petani sepenuhnya akan menjadi karyawan koperasi untuk mengelola lahan mereka sendiri dengan manajemen koperasi.

4. Komoditi yang diusahakan adalah Singkong untuk produksi Tepung Mocaf.

5. Koperasi mengelola Pabrik Pengolahan Tepung Mocaf, Peternakan Sapi, Pabrik Pupuk Organik dan Pestisida Nabati, dengan memaksimalkan peran serta para petani sebagai karyawan dengan kapasitas yang disesuaikan kemampuannya.

6. Para petani sepakat melakukan kerjasama ini minimal selama 10 tahun.

7. Kerjasama ini diawasi oleh Pemerintah Daerah secara berjenjang dan dibina oleh instansi terkait yang membidanginya.

Lalu apa saja yang akan dihasilkan dari Sistem Kemitraan antara Koperasi dan Kelompok tani dengan lahan usaha seluas 50 hektar ? Kita harus menggunakan beberapa asumsi dulu, yaitu :

1. Produktifitas lahan SIngkong adalah 60-90 ton per hektar per musim (6-9 bulan), atau rata-rata 10 ton/ha/bulan.

2. Limbah kulit singkong rata-rata sebanyak 30 % dari berat ubi.

3. Jumlah pakan limbah untuk setiap ekor Sapi adalah 25 kg pakan/hari/ekor

4. Rendemen Tepung Mocaf dari ubi Singkong rata-rata 25 %.

5. Rasio luas lahan singkong dan jumlah Sapi yang bisa dipelihara dengan pakan dari limbah lahan Singkong adalah 1 hektar dibanding dengan 4 ekor Sapi, atau 4 ekor Sapi/ha.

6. Jumlah limbah padat kering 5 kg/ekor Sapi, dan limbah cair urine Sapi sekitar 5 liter/ekor/hari.

7. Harga pupuk organic padat kering Rp 1.000/kg, harga pupuk organic cair dari urine Sapi Rp 2.000/liter.

8. Penambahan berat badan Sapi sekitar 0,8 kg/ekor/hari

9. Harga berat hidup sapi sekitar Rp 25.000/kg berat hidup

10. Harga ubi Singkong tingkat kebun Rp 300/kg

11. Harga Tepung Mocaf tingkat pabrik Rp 3.500/kg

Produk dari Sistem Agribisnis Singkong Terpadu seluas 50 ha lahan Singkong, 200 ekor Sapi dengan Pabrik Tepung Mocaf kapasitas menyesuaikan, dll. ini adalah :

1. Setelah mulai panen Singkong maka kapasitas produksi ubi rata-rata adalah sekitar 500 ton/bulan, atau 16.666 kg/hari.

2. Nilai pendapatan petani dari ubi Singkong dengan harga tingkat kebun adalah sebesar Rp 150 juta/bulan atau Rp 5 juta/hari.

3. Produksi limbah kulit singkong segar 150 ton/bulan atau 5 ton/hari.

4. Jumlah Sapi yang bisa dikelola dengan pakan limbah singkong adalah 200 ekor, dengan total penambahan berat badan 160kg, dengan total nilai penambahan harga berat hidup Rp 4 juta/hari.

5. Produksi Tepung Mocaf sekitar 125 ton/bulan, atau 4.166 kg/hari

6. Nilai pendapatan Koperasi dari Tepung Mocaf dengan harga tingkat Pabrik adalah sebesar Rp 437,5 juta/bulan atau Rp 14,583 juta/hari.

7. Jumlah produksi pupuk organic padat sebesar 1.000 kg/hari, dengan nilai Rp 1 juta/hari.

8. Sedangkan pupuk organic cair sebesar 1.000 liter/hari senilai Rp 2 juta/hari.

9. Dll.

Tabel Nilai perolehan hasil dari Kemitraan Sistem Agribisnis Singkong-Mocaf-Sapi Terpadu skala 50 hektar antara petani dan koperasi

No.

Asal sub system kegiatan

Pihak

Petani

(Rp /hari)

Pihak

Petani

(Rp/bulan)

Pihak

Koperasi

(Rp /hari)

Pihak

Koperasi

(Rp /bulan)

1.

Panen Ubi Singkong

5 juta

150 juta

-

-

2.

Produksi Tepung Mocaf

-

-

14,583 juta

437,5 juta

3.

Nilai penambahan berat hidup Sapi

-

-

4,0 juta

120,0 juta

4.

Nilai pupuk organic padat

-

-

1,0 juta

30,0 juta

5.

Nilai pupuk organic cair

-

-

2,0 juta

60,0 juta

JUMLAH

5 juta

150 juta

21,583 juta

437,5 juta

Keterangan : Nilai perolehan tersebut belum dikurangi dengan biaya produksi, biaya operasional, dll.

Dari proyeksi perhitungan di atas terlihat proporsi perolehan petani lebih kecil dibandingkan perolehan koperasi. Sebaliknya nilai perolehan koperasi kelihatan besar. Hal tersebut terjadi karena hal-hal sebagai berikut :

1. Nilai perolehan tersebut masih kotor, belum dikurangi biaya-biaya seperti biaya produksi, biaya operasional, pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja serta biaya penyusutan, dll. Pihak Petani memperoleh Rp 150 juta/bulan/50 hektar lahan atau sebesar Rp 3 juta/bulan/hektar. Kalau rata-rata kepemilikan lahan 2 hektar/petani, maka rata-rata perolehan setiap petani adalah Rp 6 juta/bulan/2 hektar. Seandainya biaya-biaya yang dikeluarkan petani itu 1/3 bagian dari jumlah perolehan, maka perolehan bersih petani dari budidaya Singkong mereka adalah Rp 4 juta/bln/2 hektar atau Rp 2 juta/bln/ha.

2. Perolehan petani memang terutama adalah dari sisi budidaya singkong saja, namun tidak menutup kemungkinan bahwa petani juga bisa berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh koperasi, baik sebagi karyawan atau sebagai mitra kerja, apakah itu di Pabrik Mocaf, di Peternakan Sapi atau di Unit Pengolahan Limbah, Pupuk & Pestisida Nabati serta Unit-unit lain yang dimiliki oleh Koperasi. Unit-unit lain yang dimaksud seperti : Unit Simpan Pinjam, Unit Toko Sembako dan Saprodi, Unit Bengkel, dll.

3. Kalau misalnya dari kegiatan-kegiatan di koperasi petani juga melibatkan diri, artinya petani masih mungkin untuk meningkatkan pendapatannya. Sebagai contoh bila petani diserahi untuk pemeliharaan Sapi dengan pola bagi hasil, tentu petani tersebut akan memperoleh tambahan penghasilan. Apalagi bila ada lagi kegiatan lain dari koperasi seperti pengangkutan hasil panen, pengupasan ubi singkong, operator mesin pabrik, dan lain-lain, tentu akan semakin menambah pendapatan hasil usahanya itu. Jadi tergantung kepada petani, jenis usaha dan kegiatan apa yang akan dimasukinya. Hal tersebut bisa terjadi karena para petani adalah juga anggota koperasi dan berhak untuk juga berpartisipasi dalam jenis-jenis usaha koperasi.

4. Sedangkan nilai perolehan koperasi tinggi karena masih berupa perolehan kotor dan belum dikurangi biaya-biaya, seperti :

a. Pembelian ubi Singkong dari petani

b. Biaya panen dan angkutan ubi dari kebun ke pabrik

c. Biaya prosesing mulai dari pengupasan, pencucian, perajangan, proses fermentasi, penirisan, proses pengeringan chip, penepungan sampai pengemasan, penggudangan sampai proses marketingnya.

d. Demikian juga pada kegiatan-kegiatan koperasi lainnya seperti pemeliharaan ternak Sapi yang menggunakan banyak tenaga kerja dan biaya operasional lainnya.

e. Dst.

Jika diasumsikan bahwa biaya-biaya itu secara keseluruhan unit itu mencapai 70-80 % dan nilai margin usaha itu 20-30%. Maka nilai perolehan bersih dari koperasi sekitar Rp 4,32 - 6,47 juta/hari atau sekitar Rp 129,5 juta sampai Rp 194,2 juta/bulan. Dari hasil ini maka koperasi akan semakin berkembang dan petani yang masuk di dalam system kemitraan tersebut akan turut maju dan berkembang serta lebih sejahtera.

Apakah hitungan-hitungan di atas ada yang masih dipertanyakan? Bagaimana menurut Anda?