........Selamat Hari Jadi Kab. Nunukan ke 13 tgl 12 Oktober 2012.......

Senin, 15 Desember 2008

SISTEM INJEKSI MIKROBA DAN OKSIGEN (SIMO)

SISTEM INJEKSI MIKROBA DAN OKSIGEN (SIMO)
MENUJU PEMUPUKAN TANAMAN AREN YANG EFEKTIF DAN EFISIEN

Oleh : Dian Kusumanto

Di hampir seluruh Pulau Kalimantan mudah ditemui lahan-lahan yang mengandung humus atau bahan organic yang tinggi sekali. Humus yang sangat tebal lapisannya dan bertumpuk-tumpuk yang kebanyakan bereaksi asam (atau pH dibawah 7) biasa disebut dengan tanah gambut. Lahan gambut ini banyak sekali terdapat di Kalimantan, bahkan banyak juga yang tertimbun dengan lapisan-lapisan tanah alluvial yang kemudian seolah menutup lapisan gambut atau humus yang tebal di bawahnya.

Humus yang tidak lain berasal dari bahan-bahan organic di kawasan hutan hujan tropic membentuk lapisan-lapisan karena terkumpul dari tahun ke tahun dari musim ke musim. Timbunan organic yang bertumpuk-tumpuk yang tidak terdekomposisi secara sempurna, tidak cukup memperoleh oksigen dalam proses dekomposisinya, maka akan menyebabkan tanah tersebut terekspose dalam keadaan yang anaerob . Keadaan yang anaerob ini menyebabkan seluruh reaksi yang terjadi di lapisan-lapisan humus yang ada jauh di bawah permukaan tanah tanpa adanya oksigen. Kalau lah air yang merembes ke lapisan bawah membawa oksigen itu pun pasti sangat minim, karena oksigennya sudah diambil oleh lapisan yang ada di atasnya.

Oleh karena itu lapisan tanah yang ada di bawah permukaan tanah semakin ke dalam semakin masam reaksinya. Microbia anaerob semakin ke dalam tanah semakin dominan, berarti semakin ke lapisan tanah yang lebih dalam semakin masam. Maka sering ditemui pohon-pohon tahunan yang gampang roboh, karena ternyata perakarannya sangat dangkal. Akar tidak mampu tumbuh dan berkembang lebih jauh ke dalam tanah karena tidak mampu menembus reaksi kemasaman dalam tanah.

Mungkin keadaan ini tidak hanya terjadi di Kalimantan tapi mungkin bisa terjadi dimana-mana. Apalagi pada saat humus atau bahan organic tertimbun, kemudian airnya tergenang seperti di rawa-rawa dalam waktu yang sangat lama, kemudian dalam perkembangan selanjutnya karena hutan habis airnya sedikit demi sedikit menurun dan akhirnya berkurang dan menjadi daratan atau dataran yang seolah dulu bukan rawa-rawa. Lapisan yang bereaksi masam yang berada di bawah permukaan tanah, sangat minim mendapat oksigen, makanya sangat dominan microbia anaerob.

Karena sebagian besar keadaan tanah perkebunan seperti itu sejarah terbentuknya, maka penulis berfikir untuk menerapkan konsep microbial & oxygen injection system. Yaitu system pemupukan dan perlakuan untuk kesuburan tanah dengan cara injeksi terutama untuk lapisan tanah yang ada di bawah permukaan, yang biasanya kekurangan oksigen dan situasi microbianya terlalu homogen, yaitu terjadi dominansi mikrobia anaerob. Injeksi mikroba dan oksigen ini dilakukan agar kesuburan tanah secara kimia, fisika dan biologi juga terjadi pada lapisan tanah yang lebih dalam. SIMO diterapkan juga agar perakaran tanaman dapat tumbuh berkembang, dapat mengakses unsure hara yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembangnya akar tanaman sehingga tanaman bisa tumbuh dan berkembang secara normal.

Keadaan microbial yang heterogen di dalam tanah akan menyebabkan reaksi yang netral dalam tanah. Terjadi keseimbangan populasi antara microbial anaerob dan microbial aerob. Keadaan demikian akan menggairahkan akar tumbuh dan berkembang, dekomposisi bahan-bahan organic terjadi secara sempurna sehingga akan membentuk unsur-unsur hara yang langsung bisa diserap oleh tanaman lewat akarnya.

Makanya kalau pada pola pertanian tanaman pangan semusim dikenal beberapa pengertian seperti lapisan tanah olah atau top soil, yang biasanya tidak lebih dari 30 cm dari permukaan tanah. Kenapa itu terjadi? Tanah yang subur itu seolah hanya yang ada di lapisan teratas saja. Apakah tanah yang ada di lapisan bawah bisa menjadi tanah yang subur? Ini menjadi masalah yang akan dijawab dengan menerapkan system diatas.

Tujuan dari system injeksi mikroba dan oksigen (system IMO) untuk tanah adalah sebagai berikut :

1. Memasukkan oksigen pada lapisan tanah yang lebih dalam

2. Terjadinya keseimbangan kehidupan microbia tanah antara yang anaerob dan aerob

3. Reaksi tanah yang netral terjadi pada lapisan tanah yang lebih dalam

4. Ketersediaan unsure hara tanah siap diserap tanaman dalam jumlah yang lebih banyak

5. Perkembangan akar lebih dalam dan lebih banyak

6. Perlakuan pemupukan lebih efektif dan efisien.


Salah satu pola yang dapat dilakukan dalam system (IMO) adalah melakukan pengeboran di sekitar tanaman. Pengeboran dapat dilakukan minimal 2 titik, semakin bayak semakin baik, namun yang optimal dan dianjurkan adalah 4 titik pengeboran . Jarak pengeboran tanah dengan tanaman disesuaikan dengan proyeksi perkembangan perakaran atau pola tanam yang diterapkan. Artinya bisa saja pengeboran dilakukan secara permanen pada titik yang ditentukan menyesuaikan jarak tanam yang diterapkan.

Untuk kebun Aren yang menerapkan jarak tanam 5 x 10 m2 (populasi 200 pohon per hektar), maka dapat dipakai alternative penerapan titik-titik pengeboran SIMO dengan jarak 2,5 meter dari tanaman Aren satu sama lainnya. Jadi pengeboran tanah berada di antara tengah tengah tanaman Aren. Adapun jarak anatar titik bor terdekat juga dipilih 2,5 m. Kalau digambar adalah sebagai berikut :

Adapun kedalaman dan besarnya lubang pengeboran disesuaikan dengan peralatan yang ada dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman selaras dengan usia dan perkembangan perakaran tanaman Aren serta sejauh mana pengeboran SIMO ini akan efektif dan efisien dalam pertanaman. Beberapa pilihan yang dianjurkan untuk diameter pengeboran adalah 3 inchi, 5 inchi atau 8 inchi, sedang kedalaman pengeboran bisa dipilih 1 meter, 1,5 meter, 2 meter sampai 4 meter. Sebenarnya semakin lebar diameter pengeboran semakin bagus untuk lebih memungkinnya injeksi oksigen dan microba efektif mempengaruhi perubahan kimia biologis dan fisika tanah. Demikian juga kedalaman pengeboran akan lebih baik kalau semakin dalam, namun perlu dihitung tingkat efisiensi pengeboran ini.

Tingkat efektifitas dan efisiensi pengeboran dihitung dengan beberapa pertimbangan antara lain :
1. Ketersediaan peralatan pengeboran
2. Keadaan tanah (sebaiknya ada hasil analisa tanah, perlapisan tanah, tekstur, dll.)
3. Perkembangan tanaman.
4. Keamanan bagi pekerja yang sehari-hari berada di kebun Aren
5. Biaya yang tersedia untuk penerapan pengeboran SIMO.
6. Dll.

Apakah SIMO ini bisa diterapkan untuk tanaman perkebunan atau tanaman tahunan lainnya? Sebenarnya SIMO ini memang berlaku secara umum, karena problem tidak berkembangnya perakaran dari tanaman yang disebabkan oleh keadaan tanah lapisan dalam yang tidak kondosif juga dialami oleh semua tanaman yang berakar dalam. SIMO adalah cara baru yang diperkenalkan oleh penulis di Nunukan pada tanaman-tanaman perkebunan, khususnya Aren. Jadi SIMO ini memang digagas dan diterapkan oleh penulis dan dianjurkan kepada para petani binaannya di Nunukan Kaltim.
Lebih jauh tentang SIMO, insyaAllah pada tulisan yang akan datang.

Tidak ada komentar: